Cari Berita berita lama

Republika - Ada Marissa, Astri Ivo, Inneke, Permata ...

Minggu, 15 Oktober 2006.

Ada Marissa, Astri Ivo, Inneke, Permata ...






Kerudung praktis jadi favorit belakangan ini, apalagi menjelang Lebaran.





Dewi Yull, Astri Ivo sudah lewat. Apa yang sedang tren Lebaran tahun ini? ''Permata, itu lagi ngetren,'' kata seorang produsen kerudung praktis di Jakarta. Permata bukan nama artis baru. Ia nama merek dagang produsen jilbab praktis: PerMata. Namun, nama ini lekat dengan produknya berupa jilbab panjang dengan belahan di punggung. Uniknya, bila kerudung diputar sekali, ia jadi jilbab yang menutup dada modis. Dan --bagi yang tak ingin mengenakan jilbab terlalu panjang-- diputar sekali lagi akan menutup sedikit di atas dada pun tetap cantik. Sebagian besar kerudung dan jilbab yang beredar di pasaran di Indonesia mempunyai nama. Umumnya, menurut Teti Herliana (41 tahun), produsen kerudung skala besar dari Cicalengka, Jabar, nama jilbab mengambil nama artis. ''Itu mengikuti model yang sering dipakai artisnya,'' jelas dia. Kerudung Dewi Yull, misalnya, di belakang kerudung ada karet sehingga memberi ruang untuk sanggul ditambah ikatan lagi yang menutupi leher. Kerudung Astri!
Ivo adalah --model kerudung menutup dada dengan tali atau elastis di kepala-- yang dikenakannya pada sebuah sinetron televisi beberapa waktu lalu. Belum lagi ada nama Inneke. ''Itu, Inneke Koesherawati sekarang pakai kerudung bagus-bagus,'' jelas Teti lagi. Ada kerudung Neno (Neno Warisman) yang penampilannya bagai bertumpuk-tumpuk. Jauh sebelumnya ada juga topi Hughes yang mirip serban ala Dewi Hughes, kerudung Sulis yang cocok untuk anak-anak, kerudung Kris Dayanti yang lebih banyak tampil dalam bentuk mukena, kerudung Marissa (Marissa Haque). Nama itu pun jadi generik. Milik 'bersama' Teti yang sudah memproduksi kerudung sejak 1980-an menandai, perubahan model jilbab tahun-tahun belakangan ini berlangsung dengan cepat. ''Dulu satu model bisa sepuluh tahun, sekarang cepat. Tukang kerudung sudah kayak jamur,'' katanya. Ia memulai dengan membuat kerudung segitiga dengan hiasan bordir. Saking banyaknya model-model kerudung belakangan ini, Teti sampai kesulitan memberi nama.!
''Sampai ada nama Dewi Anti, ambil nama anak saya,'' ungkapny!
a. Model
-model kerudung itu tak semua berasal dari tangannya. Bila semula ia menyebut mengeluarkan model Marissa, namun model yang belakangan digemari, Astri Ivo berasal dari luar. ''Ada orang membawa contoh, minta dijahitkan di tempat saya,'' katanya. Produsen kerudung praktis --di mana si pemakai langsung memakainya-- banyak bertumbuhan. Uniknya, produksinya selalu diserap pasar. Tak heran, model baru pun segera ditiru produsen lainnya. Ambil contoh, jilbab 'Astri Ivo' yang menjadi trademark Rabbani segera muncul di mana-mana dengan beragam kualitas pula. Begitu pula jilbab panjang belah punggung PerMata. Hidajati Djatmika (48) yang memproduksi jilbab Hidayah, Jakarta, melihat model jilbab praktis tidak terlalu cepat atau banyak berubah. Perubahan yang cepat adalah pada ornamennya. ''Inovasinya, petnya di-macem-macemin, dijahit kotak-kotak, renda, payet, sulam pita,'' ungkapnya. Menurut Ida, begitu sapaan Hidajati, tak ada gengsi-gengsian dalam meniru model yang berkembang. Sebab,!
semua melakukan hal yang sama. ''Nggak ada paten-patenan, lainnya mengikut,'' katanya. Rike Roslinawati (36) dari PerMata tahu benar model hasil karyanya muncul di mana-mana. Ia menganggapnya sebagai suatu berkah dan tidak merasa sakit hati. ''Ini suatu keberhasilan, yang tidak mau pakai jilbab panjang jadi mau menutup dada,'' ujarnya. Untuk menghasilkan jilbab panjang yang tengah digandrungi itu, Rike mencobanya berulang kali. Kini, saat banyak yang mengikutinya, ibu dua anak ini tak merasa rezekinya tersunat. Buktinya, jilbabnya sudah beredar di banyak kota besar di Tanah Air dan dalam skala kecil sudah bisa diperoleh di Prancis dan Hong Kong. ''Tidak apa-apa, semua ada konsumennya masing-masing,'' katanya,''Potongan lingkar muka dan lain-lainnya tidak bisa ditiru.'' Ida sependapat. Kendati sekilas kerudung produksinya mirip dengan yang lain, perbedaan utama tetap pada potongan. Produsen jilbab praktis bagi kalangan menengah ke atas untuk beberapa rumah mode dan sejumla!
h toko di Bandung dan Jakarta ini mengandalkan ciri aksen rend!
a dan pa
yet eksklusif. Pesta lebaran Bakar Shahab (45 tahun), pedagang perlengkapan busana Muslim di Pusat Grosir Cililitan (PGC), merasakan peningkatan pesat permintaan busana Muslim menjelang lebaran. Termasuk, tentunya, permintaan kerudung. Padahal, di PGC pedagang busana Muslim dan khusus kerudung tersebar di semua lantai. Lebaran memang musim panen para produsen kerudung. Ida yang merupakan pendatang baru, mulai memproduksi edisi lebaran pada satu setengah bulan menjelang Ramadhan. ''Ternyata banyak pesanan yang tak terpenuhi,'' ungkapnya. Untuk lebaran tahun ini, ia mengeluarkan sekitar 150 kodi. Model yang jadi favorit adalah jilbab panjang ala PerMata dan jilbab sederhana berpayet banyak. ''Cocok untuk pesta lebaran,'' katanya. Sementara PerMata sendiri tetap mengeluarkan 12 tipe standarnya dengan lebih dari sepuluh corak bahan yang baru dan warna-warna polos. Ia mengaku tak keluarkan model macam-macam. Sebab, ia tetap memegang teguh bahwa jilbab haruslah menutup leher dan !
dada. ''Selain itu, tanggung jawabnya sama Allah,'' katanya, ''Saya takut salah mengeluarkan jilbab yang tidak syar'i.'' Sementara itu, jilbab pendeknya yang amat digandrungi karena motif-motifnya yang unik, menurut Rike, sebenarnya ditujukan bagi mereka yang tak berkerudung agar mau menutup kepala. Kini Rike tengah mempersiapkan model terbarunya. Sebuah jilbab dengan model yang lebih panjang lagi. Setelah proses coba-coba sekitar sebulan, ia berencana meluncurkan produknya selepas Lebaran. ''Menyambut Hari Raya Idul Adha,'' katanya.
(poy )

No comments:

Post a Comment