Senin, 15 Juli 2002.
Petani Buton Tertipu, Jeruk Bantuan Jepang Bukan Jenis SiompuBaubau, 15 Juli 2002 14:36Proyek pengembangan jeruk siompu di Kecamatan Batauga, Kabupaten Buton, Sultra, seluas 500 ha yang dibiayai dengan dana bantuan Jepang (OECF) tahun 1998/1999 senilai Rp12 miliar, ternyata hanya mengkibuli petani.
"Bibit jeruk yang diberikan kepada kami melalui proyek tersebut ternyata bukan jeruk siompu. Ini baru kami ketahui setelah jeruk tersebut mulai berproduksi tahun ini," kata salah seorang petani di Batauga, La Ode Walihu di Baubau, Senin.
Jeruk siompu merupakan salah satu jenis jeruk yang hanya ada di pulau Siompu, Kabupaten Buton, Sultra. Jeruk yang konon tidak bisa dikembangkan di luar wilayah Sultra ini memiliki cita rasa yang sangat manis.
Karena kekhasan jeruk tersebut, Pemprov Sultra sejak beberapa tahuun terakhir mengembangkannya secara terprogram, dengan mendapat dukungan dana dari APBN, bantuan luar negeri dan APBD.
Menurut La Ode Walihu, dari 500 ha areal jeruk siompu yang dikembangkan melalui proyek tersebut -semuanya dilakukan petani melalui pola kelompok tani- hanya sekitar lima persen saja yang jenis jeruk siompu asli.
Bahkan ada beberapa kelompok tani, yang melaporkan bahwa dari 400 pohon jeruk yang ditanam dalam setiap hektarnya, yang jenis jeruk siompu asli paling banyak empat pohon, selebihnya jeruk jenis lain, seperti jeruk cina dan jeruk nipis.
Ketika proyek itu disosialisaikan oleh Dinas Perkebunan Sultra, kata La Ode Walihu, petani setempat menyambutnya dengan antusias, terutama setelah mengetahui bahwa hasil yang bisa diperoleh dalam setiap hektarnya bisa menutupi biaya naik haji.
Masyarakat Batauga saat itu berebut ikut proyek itu, bahkan tidak sedikit petani yang membeli lahan untuk dimasukan dalam proyek tersebut. Semua kegiatan yang terkait dengan proyek itu, seperti pelatihan, juga diikuti dengan serius oleh petani.
"Saya dan teman-teman sejak adanya proyek itu langsung mengenyampingkan pekerjaan lain. Kami berkonsultasi untuk merawat jeruk yang dikembangkan melalui proyek itu, karena kami yakin dengan hasil yang akan diperoleh tiga tahun kemudian," katanya.
Tetapi betapa kecewanya petani di daerah itu ketika jeruk tersebut mulai berbuah, yang terlihat bukan jeruk siompu tapi jeruk jenis lain. Banyak petani yang stres karena memikirkan pengorbanan mereka, baik dari segi biaya maupun waktu dan tenaga.
Bupati Buton Ir LM Syafei Kahar ketika dihubungi membenarkan bahwa jeruk yang dikembangkan di Batauga melalui proyek pengembangan jeruk siompu bantuan OECF itu, sebagian besar bukan jeruk siompu.
Namun dia mengaku belum mengetahui secara persis mengapa sampai hal itu terjadi, karena yang menangani langsung proyek tersebut, baik dalam soal pengadaan bibit sampai pengawasannya di lapangan semunya Dinas Perkebunan Sultra.
Kadis Perkebunan dan Hortikultuura Sultra Andi Syamsul Bahri mengaku telah menerima laporan mengenai hal itu dan akan menurunkan tim untuk mengecek langsung kebenaran terjadinya penyimpangan tersebut.
"Setelah tim turun, hasilnya akan dilaporkan ke pusat untuk mencari jalan keluar terbaik," ujarnya.
Andi Syamsul Bahri juga akan memanggil kontraktor pelaksanana Herman Bangun serta sejuumlah pimpro dan bagpro saat itu untuk dimintai keterangan. [Tma, Ant]
No comments:
Post a Comment