Cari Berita berita lama

KoranTempo - Selamat Idul Fitri, Mohon Maaf

Sabtu, 13 November 2004.
Selamat Idul Fitri, Mohon MaafHari ini akhir Ramadan 1425 H. Pertanyaan yang tersisa, dan paling utama, ialah apakah puasa kita berguna.

Puasa mula-mula memang perkara individu: upaya untuk menang dalam pergulatan di dalam diri sendiri, ikhtiar menaklukkan nafsu dan hasrat duniawi, belajar hidup serba terbatas layaknya kaum miskin. Bila kita lolos dalam ujian ini--hal yang tak mudah--ada harapan kita memandang dunia dengan cara yang lebih bersih, lebih terang, lebih tenang, tanpa curiga.

Namun, cara kita berpuasa hanya berhenti tak lebih dari ritual yang sia-sia jika ia tak sanggup mengubah, pertama-tama, diri kita sendiri. Cuma lapar, cuma dahaga, yang kita punya. Alih-alih membuat kita memandang dunia dengan lebih terang, yang kita peroleh hanya lemas dan kantuk belaka.

Ramadan tahun ini berakhir sudah. Apakah puasa kita berguna? Jawaban yang paling jujur ada dalam diri. Orang lain hanya bisa melihat perubahan yang kasatmata: tak lagi mencuri, tak lagi merampok, tak lagi mencaci, tak lagi bergunjing. Demikiankah kita?

Ketika individu mulai berubah lantaran puasa, kita punya harapan masyarakat juga akan merasakan berkah baiknya. Katakanlah: korupsi berkurang, kolusi kian jarang, aksi kekerasan makin dihindari, yang miskin, yang kalah, yang tersingkir disantuni dan dibela.

Bila selama Ramadan kita sanggup tidak melakukan korupsi, setelah Lebaran pun hendaknya kita tidak melakukannya. Jika selama Ramadan kita mampu tidak menindas orang lain, setelah Lebaran pun seyogianya kita juga bisa tak menindas orang lain. Pendeknya, efek sosial puasa menyebar ke segala penjuru.

Puasa mula-mula memang perkara individu, tapi dampak sosialnya tidaklah kecil--tentu jika seseorang berpuasa dengan benar. Inilah yang kerap kita lupakan, seperti kita melupakan efek sosial zakat, laiknya kita mengabaikan efek sosial salat, sebagaimana kita menafikan simbol-simbol sosial dalam ibadah haji.

Puasa Ramadan seolah ritual individu yang steril dari isu-isu sosial, padahal tidak. Puasa diminta ditegakkan bukan hanya demi kesalehan pribadi-pribadi, melainkan juga demi kesalehan sosial.

Selepas puasa, tugas kita ialah menarik benang merah semangat Ramadan ke hari-hari yang lain, yang jauh lebih panjang, ke medan pertempuran melawan nafsu-nafsu yang lain. Bila kita lolos melewati Ramadan, medan itu akan terasa lebih ringan. Soalnya ialah loloskah kita dengan mata batin yang lebih terang, lebih jernih.

Selamat berlebaran, selamat mudik, selamat kembali kepada yang fitri. Mohon maaf lahir batin.

No comments:

Post a Comment