Jumat, 1 Pebruari 2002.
Propaganda Titipan di Medan PerangDalam perang apapun, Amerika memang hanya bisa membuktikan keunggulan mereka melalui film. Sebut saja film Platoon, Rambo, Born on the Fourth of July yang membahas heroisme Amerika di perang Vietnam sampai Three Kings dan Courage Under Fire yang bertempat di Perang Teluk. Inilah sebuah propaganda heroisme yang ditiupkan Hollywood tidak hanya untuk bangsa mereka, tapi juga ke dunia.
Di minggu ini, tengah beredar satu film dengan tema serupa di jajaran bioskop 21 di Jakarta, yaitu Behind Enemy Lines karya debut sutradara John Moore. Didukung Departemen Pertahanan Amerika, tentu saja film ini penuh dengan misi titipan. Imbalannya, mereka bisa melakukan syuting di atas kapal perang Amerika, USS Carl Vinson di Samudera Pasifik dan beberapa pesawat tempur Amerika jenis F/A-18F Super Hornet.
Fasilitas ini sangat diperlukan karena kisah ini menempatkan seorang pilot pesawat tempur Navy Amerika sebagai jagoannya. Letnan Chris Burnett (Owen Wilson) merupakan tipikal pilot dengan bakat standar seorang pahlawan. Tampan, berani, dan kadang-kadang membangkang perintah. Pokoknya semuanya memenuhi syarat.
Dalam perang di kawasan Balkan antara Serbia dan Bosnia, Amerika tergabung dalam NATO bertugas menjaga daerah-daerah antara yang menjadi kawasan bebas perang. Sebagai pangkalan, kapal perang USS Carl Vinson dijadikan tempat singgah pesawat udara NATO yang berpatroli. Karena hanya bertugas patroli, Burnett dan para anggota militer lainnya lebih banyak mengaso. Padahal Burnett mempunyai impian yang heroik tentang perang.
Keinginannya terpenuhi ketika menjelang Natal, ia dan temannya, Stackhouse (Gabriel Macht) mendapat tugas patroli. Sebagai navigator, Burnett sempat melihat sinyal aneh di kawasan Serbia. Ia menyalahi aturan dan terbang di atas kawasan itu untuk memotret pangkalan rahasia yang dimiliki Serbia. Tindakan ini menimbulkan kemarahan di pihak negara itu dan memicu mereka untuk meluncurkan rudal. Pesawat mereka tertembak dan jatuh di kawasan Serbia.
Stackhouse mengalami cedera di kaki. Ketika Burnett menaiki bukit untuk mencari sinyal radio yang lebih baik, Stackhouse didatangi militer Serbia. Di depan mata Burnett, ia melihat Stackhouse dieksekusi. Burnett yang melarikan diri dari kejaran musuh, terpaksa menelan ludah ketika pihak pangkalan menyuruhnya mencari zona damai. Pimpinannya, Admiral Reigart (Gene Hackman) tidak diperbolehkan menjemputnya di kawasan Serbia oleh atasannya, Piquet (Joaquim de Almeida), karena bisa memicu meluasnya perang.
Separuh film ini akhirnya berisi upaya Burnett memasuki zona damai diiringi kejaran musuh. Banyak keajaiban yang terjadi di bagian ini. Misalnya ketika Burnett memasuki reruntuhan sebuah pabrik. Banyaknya perangkap berupa tali-tali ranjau berhasil dilaluinya dengan mudah seolah sudah mengenal kawasan tersebut. Sementara pihak Serbia yang notabene menguasai kawasan itu justru bertindak bodoh dengan tanpa sengaja menginjak tali ranjau. Sebuah kebodohan yang tidak masuk akal.
Aksi kejar-kejaran yang terjadi memang lebih menempatkan Burnett sebagai jagoan tak terkalahkan kendati harus berhadapan dengan musuh yang berjumlah satu kompi lebih. Itulah sebuah keindahan film, ketika nyawa manusia bisa bertahan melampaui logika.
Secara keseluruhan, film ini memang hanya menawarkan sebuah aksi laga ala medan perang. Kendati sebagian besar adegan tempur tak banyak perbedaan dengan film perang lainnya, film ini mempunyai sisi menarik dalam bagian pertempuran di udara antara pesawat F/A-18F Super Hornet dengan rudal. Manuver yang dilakukan pesawat ini sungguh mengagumkan. Sebuah sumbangan yang menguntungkan dari Departemen Pertahanan AS. f dewi ria utari
Behind Enemy Lines
Pemain: Owen Wilson, Gene Hackman, David Keith, Gabriel Macht, Olek Krupa
Skenario: David Veloz, Zak Penn, John Thomas, James Thomas
Sutradara : John Moore
Tipe film: Perang
Untuk usia: Dewasa
Distributor: 20th Century Fox
Rating:
Yahoo: *** (3�/5)
IMDB: ****** (6/10)
No comments:
Post a Comment